Cerita Fantasi
Jiwa yang Tertukar
Oleh
: Aulya
Seorang
gadis cantik berusia lima belas tahun yang kurang dekat dengan sang ibu, Kiara
Annastasya Alexandra, Ia duduk di bangku SMP kelas tiga. Ibunya adalah pemilik
perusahaan terbesar di Indonesia. Kedua orang tuanya telah bercerai semenjak
Kiara berusia lima tahun. Selama sepuluh tahun, Kiara tidak tahu kemana sang
ayah pergi. Sang nenek pernah berkata kalau ayahnya meninggal tepat sebulan
setelah bercerai dengan ibu Kiara. Karena hal tersebut Kiara merasa kesepian,
terlebih lagi sang ibu yang selalu sibuk bekerja. Dari pagi hingga larut malam
ibunya berada di kantor. Mereka bertemu hanya di pagi hari ketika sarapan dan
berangkat bersama.
Minggu
depan Kiara akan mengikuti lomba menyanyi tingkat nasional. Ia didaftarkan oleh
wali kelasnya. Wali kelas Kiara tahu bahwa Kiara sangat berbakat bernyanyi.
Kiara menceritakan kepada ibunya, bahwa dirinya akan mengkuti lombat tersebut.
“Bu,
minggu depan Kiara ada lomba nyanyi, nanti ibu nonton ya..” Ujar Kiara
bersemangat.
“Minggu
depan? Kayaknya ibu gak bisa deh. Minggu depan ibu ada meeting sama client ibu
dari luar negeri.” Jawab ibu Kiara yang membuat Kiara kecewa.
“Bentar
aja kok bu, paling satu jam setengah.” Ucap Kiara memohon berharap ibunya hadir
melihatnya tampil.
“Kiara
ibu gak bisa. Nanti ibu minta bi Mina buat temenin kamu.” Ujar sang ibu
menaikkan nada suaranya.
“Client ibu lebih penting daripada Kiara,
ya bu? Ya udah kalau ibu gak mau dateng, Kiara gak apa-apa kok.” Ucapnya
pasrah, kemudian berdiri dari duduknya.
Kiara mengambil tasnya
yang berada disampingnya. “Kiara bisa berangkat sendiri, ibu langsung ke kantor
aja. Ibu sibuk dan banyak meeting dengan client kan. Kiara berangkat ya bu… “
ucapnya lirih. Kiara mati-matian menahan air matanya. Kiara berangkat menuju
sekolah dengan berkalan kaki. Ibunya ingin mencegatnya, namun HP-nya berdering
dan itu adalah client yang sudah
menunggunya untuk meeting.
Sore menjelang malam tiba, Kiara sedang duduk di sofa
sambil bernyanyi sendiri untuk meningkatkan vokalnya. Ia melihat ke arah jam
dinding. Waktu kini menunjukkan pukul 20.30 ibunya tak kunjung pulang.
“Lembur lagi ya…” Batin Kiara dengan tatapan sendu.
Kiara terbangun dari duduknya,
ia hendak menutup pintu dan pergi ke kamarnya. Saat melangkah, pintu rumah
Kiara terbuka dan melihat ibunya yang baru pulang dari kantor.
“Tumben..” Batin Kiara terheran-heran.
Ibunya menutup pintu
dengan satu tangannya sambil sibuk bertelepon.
“Good night
anak ibu.” Bisik ibunya dan melanjutkan pembicaraannya ditelepon dengan client dari negeri singa itu. Kiara
jalan berlalu menuju ke kamarnya.
Tengah
malampun tiba, suasana malam itu terasa berbeda dari malam biasanya. Angin berhembus
lebih kencang. Langit yang lebih terang dari biasanya karena cahaya bulan
purnama. Dibalik kabut malam tiba-tiba sosok wanita muncul melayang di atas
langit menggunakan sapu terbang. Sosok wanita itu menggenggam tongkat kayu
kecil ditangannya. Wanita bertopi witch
hat itu terbang mengitari kamar Kiara. Tampak dari dalam kamar, Kiara telah
tidur pulas. Sementara itu, ibu Kiara yang masih terjaga karena sibuk bekerja
di depan meja kerjanya. Sosok wanita itu menggoyang tongkat kayu kecilnya
sembari mengeluarkan mantra “Brak kadabrak helium” ucapnya lirih. Cahaya putih
berpendar keluar dari tongkat kecil itu dan terbang mengarah ke tubuh Kiara
yang terbujur di atas kasur. Kemudian wanita itu terbang mengelilingi kamar ibu
Kiara.
“Huuuaaaamm….
Kenapa aku sangat mengantuk. Padahal masih banyak yang harus aku kerjakan.”
Ucapnya sambil meregangkan kedua lengannya dan menggosok kedua matanya. Karena
tidak tahan dengan kantuknya, akhirnya ibu Kiara tertidur di atas meja
kerjanya. Wanita dengan rambut putih yang panjang itu kemudian mengayunkan
kembali tongkat kayunya.
“Brak
kadabrak helium” ucapnya sembari menatap tajam tubuh ibu Kiara. Cahaya putih
kembali muncul dan mengarah ke tubuh ibu Kiara.
“Brak
kadabrak helium!!!!!” dengan suara lantang dan senyum tipis diwajahnya sang
wanita itu kembali mengayunkan tongkatnya. Sinar cahaya yang begitu menyilaukan
mata keluar dari kedua tubuh Kiara dan ibunya. Tubuh mereka terangkat dan kedua
cahaya putih berpendar yang keluar dari tubuh mereka menari-nari di atas udara.
Kemudian seketika cahaya itu masuk kembali ke dalam tubuh keduanya.
Perlahan-lahan tubuh mereka kemudian kembali ketempatnya semula. Cahaya terang
itu tiba-tiba menghilang. Awan gelap menutupi bulan purnama, kabut yang begitu
tebal menyelimuti langit dan menenggelamkan sosok wanita itu ke dalamnya.
Cuaca
pagi hari ini begitu cerah. Sinar matahari yang terik masuk ke dalam kamar
Kiara.
“Hoaaamm….”
Kiara menguap. Ia menyibak selimutnya dan berjalan menuju meja riasnya.
“Aaaaaahhhh……”
suara teriakan yang begitu keras dari Kiara dan ibunya di kamar sebelah
terdengar hampir bersamaan. Ibu Kiara yang berada di depan cermin wastafel itu
berdiri mematung sambil meraba seluruh wajahnya. Keduanya berlari keluar dari
kamar secara bersamaan. Mereka saling memandang keheranan. Apa ini? mereka
tertukar? Bagaimana bisa?. Bagaimana caranya kembali? Begitu banyak pertanyaan
yang ada dipikiran mereka. Mereka terduduk di sofa dengan isi pikiran
masing-masing.
“Jadi
ini gimana bu?” Tanya Kiara bingung dan pasrah.
“Coba
kita jedotkan kepala kita supaya bisa balik lagi.” Jawab ibunya yang tak kalah
bingung.
Kiara mengangguk setuju
dengan ide itu. Akhirnya mereka mengatur posisi, Kiara berdiri di sebelah kiri
dan ibunya berdiri di sebelah kanan. Kini mereka saling berhadapan. Mata ibu
Kiara memberi isyarat, Kiara membalasnya dengan anggukan.
“Hitungan ketiga kita lari dan jedotin kepala kita ya!” kata
sang ibu memperjelas.
“Satu…. Dua… tiga….” Ucap mereka bersamaan.
Mereka berlari dan
menabrakkan kepala mereka masing-masing. Mereka gagal dan hanya terjatuh di
lantai akibat ide konyol itu.
Mereka kembali duduk di
sofa sambil memegang kepala mereka yang terasa sakit akibat tabrakan tadi.
Keduanya termenung dan tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
Triiiiiiingggg……
Suara dering telepon
genggam ibu Kiara berbunyi memecah lamunan mereka. Tubuh Kiara dengan reflek
mengangkat telepon itu.
“Halo…” ucapnya membuka pembicaraan.
“Kok suara anak kecil ya?” terdengar suara dari seberang
sana.
Telepon itu kemudian
ditutup dengan terpaksa. Suara mereka juga berubah. Kini ibu Kiara yang berada
di dalam tubuh Kiara dan Kiara yang berada dalam tubuh ibunya harus mereka
terima dan jalani.
“Bu Kiara hari ini ada latihan di sekolah. Tapi kan gak
mungkin dengan kondisi seperti ini.” ujar Kiara yang melihat ke arah jam
dinding.
“Gini aja, ibu akan pergi ke sekolah kamu dan kamu pergi
ke kantor ibu. Kita komunikasi melalui handphone
ini.” Ucap sang ibu memberi ide.
“Hari ini ibu tidak ada meeting kok, nanti kamu tinggal masuk di ruangan ibu dan duduk di
kursi, ibu kasih arahan melalui telepon.”
Ibu melanjutkan sambil menenangkan putrinya.
Hari ini adalah hari yang yang tidak biasa dan berat bagi
mereka, bagaimana keanehan ini bisa terjadi dalam semalam?, namun mereka tetap
mencoba menjalaninya. Kiara yang berada ditubuh ibunya kini menggunakan pakaian
ala seorang yang berkeja kantoran dan ibu yang berada di tubuh Kiara
menggunakan seragam putih biru milik Kiara. Hari itu tidak seperti biasanya,
mereka berangkat ke sekolah diantar oleh supir.
“Inget yah, bersikap ramah dan tidak ceroboh. Earphone-nya jangan dilepas.” Ujar sang
ibu mengingatkan.
“Iya bu” jawab Kiara setengah berbisik.
Sesampainya di kantor
Kiara langsung menuju ke ruangan ibunya seperti yang dikatakan sang ibu
padanya.
Ibu
Kiara memasuki area sekolah Permata Harapan. Untung saja Kiara memberitahu nama
kelasnya, jika tidak ibunya mengkin akan tersesat.
“Apa ini kelasnya?” Batin ibu Kiara menemukan kelas
Kiara.
Saat hendak masuk, ibu
Kiara dicegat oleh segerombolan siswi.
“Stop, anak kurang kasih sayang gak boleh masuk!” Ujar
satu diantar mereka. Ibu Kiara tidak memperdulikan mereka, ia berjalan masuk ke
dalam kelas, namun lagi dan lagi ia dicegat oleh siswi-siswi tersebut.
“Eh, caper kalau lo mau masuk sini lo harus kerjain tugas
kita.” Ucap seorang siswi dengan rambut dijedai.
“Siapa kamu nyuruh saya? Kalau saya gak mau kenapa?!
Jawab ibu Kiara yang kesal.
“Kurang ajar ya lo!!!” Kata siswi tersebut dan mendorong
tubuh Kiara.
Tubuh Kiara tertahan
oleh seorang gadis dengan rambut terkuncir.
“Eh gue udah bilang jangan ganggu Kiara, awas ya gue liat
kalian ganggu Kiara, gue laporin kepsek.” Ancam gadis itu kepada siswi-siswi
tersebut.
Segerombolan siswi itu
kemudian pergi meninggalkan ibu Kiara dan gadis tersebut.
“Kamu gak apa-apa kan Ra..?” Tanya gadis itu. Ibu Kiara
hanya mengangguk. Ia melihat gadis dari atas sampai bawah. Aina Adinegara
Saputri, gadis cantik yang menjabat sebagai ketua OSIS itu adalah sahabat Kiara
semenjak SMP. “Namanya Aina” Batin ibu Kiara dan tersenyum.
“Lain kali kalau kamu digituin lagi, kamu lawan ara Ra…”
Saran Aina dengan senyum manisnya itu.”
“Hm, iya pasti aku lawan kok. Terima kasih bantuannya.”
Jawab ibu Kiara berterima kasih.
“Sama-sama. Kan udah tiap hari kamu di-bully, nanti kalau di-bully lagi
langsung kasih tau aku ya.” Ujar Aina
“Pasti.” Ucap ibu Kiara.
“Aku permisi dulu yah, BTW Kiara semangat latihan
nyanyinya.” Pamit Aina dan pergi meninggalkan ibu Kiara.
Sementara itu, Kiara berada di kantor sang ibu. Ia hanya
duduk berdiam di ruangan megah itu.
“Tes… tes…” Ujar Kiara melalui earphone yang diberikan oleh sang ibu.
“Kenapa?” Jawab ibu Kiara di seberang melalui earphone-nya.
“Kiara bosen bu, terus mumet lihat tumpukan kertas di
meja ibu. Udah gitu banyak map-map yang berserakan di meja depan sofa.” Ucap
Kiara mengeluh.
“Bulan ini ibu memang lagi banyak kerjaan, makanya ibu
pulang malam terus.” Kata ibu Kiara menjelaskan kepada sang anak.
“Sudah ya, ibu mau lanjut ke tempat latihan nyanyi kamu.”
Ucap ibu Kiara
“Ok bu.” Jawab Kiara singkat.
Kiara berjalan
melihat-lihat setiap sudut ruangan tersebut. sampai di suatu rak buku ia
melihat buku yang menarik perhatiannya. Kiara
and Memories judul buku tersebut. Kiarapun mengambil buku tersebut. Kiara
tidak sengaja menjatuhkansalah satu buku disana. Saat buku itu terjatuh,
tiba-tiba terbuka sebuah pintu yang tidak tahu menuju kemana. Kiara masuk ke
dalam ruangan tersebut. Di dalam ruangan itu terdapat sebuah televise besar
beserta kaset di atas meja. Kiara menyalakan televise dan juga memasangkan kaset
yang bertuliskan ‘Untuk Putriku Kiara Annastasia Alexandra’ Saat tombol ditekan
telveisi memutarkan sebah video foto-foto Kiara dan suara sang ibu.
“Hai anak ibu, maaf ya ibu belum bisa jadi ibu yang baik
untuk Kiara. Maaf jika perceraian itu membuat Kiara benci terhadap dunia ini.
Ibu terpaksa menggugat cerai ayahmu, karena ayahmu memiliki penyakit gangguan mental.
Ibu tidak ingin kamu menjadi imbasnya. Ibu harap Kiara bisa mengerti perasaan
ibu ya.” Suara ibu Kiara dari video tersebut.
Kiara menangis
mendengar video tersebut. tiba-tiba selembar surat muncul dipangkuan Kiara. Ia membaca
surat tersebut.
Isi surat
Kiara Annastasia Alexandra. Gadis
cantik yang lahir pada, Kamis tanggal 7 – 7 – 2007. Anak ibu yang cantik. Saat itu
ibu merasa bahagia, namun kebahagiaan ibu tidak berlangsung lama. Ayahmu tiba-tiba
terkena penyakit, memiliki kepribadian ganda. Semenjak saat itu ayahmu selalu
bersikap kasar kepada ibu bahkan kamu sendiri. Lima tahun ibu bertahan dengan
kondisi seperti itu, hingga suatu ketika penyakit ayahmu kambuh. Ayahmu merebut
kamu dari gendongan ibu, ayahmu membawamu
menuju ke lantai atas rumah. Ia hendak melempar kamu lewat balkon. Ibu memohon agar ayahmu sadar, tapi ayahmu semakin parah.
Ia menodongkan sebuah pisau ke arah ibu. Para warga juga ikut serta menolong
ibu waktu itu, tapi ayahmu semakin nekat. Ibu merebut pisau dari ayahmu, tapi
naas tangan ibu tertusuk pisau tersbut. Darah bercucuran keluar dari tangan ibu
dan ayahmu terpeleset yang membuat kamu terlepas dari gendongannya, kemudian
kalian terjatuh dari lantai dua. Ibu panik bukan main, berutungnya di bawah
warga telah menyiapkan alat untuk menangkapmu. Ayahmu kemudian dibawa pergi ke
kantor polisi oleh warga, ibu juga dilarikan ke rumah sakit. Beruntung tangan
ibu hanya luka ringan. Tangan ibupun dijahit. Hingga saat ini bekas jahitan itu
masih ada. Ayahmu kemudian dibawa ke RSJ dan ibu langsung menggugat cerai
ayahmu. Saat itu usiamu tepat lima tahun dan dihari ulang tahunmu. Mulai saat
itu ibu mencoba membangun sebuah perusaahaan dan berdirilah PT. Kiara
Permadani. Permadani adalah usulan kamu saat itu. Ibu minta maaf jika terlalu
sibuk bekerja. Ibu lakukan itu semua demi masa depan kamu Kiara. Ibu saying sama
kamu melebihi apapun. Love you anak ibu. – ibu-
Kiara menangis
sejadi-jadinya. Ia menyesal tidak pernah mengerti perasaan ibunya. Kiara menangis tanpa suara, hanya isakan yang
terdengar.
Sementara itu, ibu
Kiara berada di tempat latihan untuk persiapan lomba.
“Kiara ini video latihan minggu lalu kamu.” Kata guru
Kiara sambil memberikan sebuah flashdisk.
“Terima Kasih bu.”
“Sama-sama. Nanti kita tonton video itu bersama-sama.” Ucap
guru Kiara dan tersenyum.
Singkat cerita, mereka
pun memulai menonton video latihan Kiara bersama-sama. Video pun dimulai,
terlihat dalam video tersebut Kiara memakai dres putih dan memegang mic. Kiara mulai bernyanyi
Kubuka album biru,
dahulu penuh kasih… semua cerita tentangmu… kata meraka diriku
selalu dimanja.. kata mereka diriku
selalu ditimang… ooh bunda ada dan tiada dirimu
kan selalu ada di dalam hatiku….
Ibu kau
adalah pelita kehidupan
Tanpamu aku bukanlah apa-apa
Ibu kau adalah cahaya kehidupan
Tanpamu duniaku akan gelap segelap gulita.
Sambung Kiara membaca
puisi.
Ibu Kiara menangis
mendengar suara Kiara, ia selalu sibuk bekerja hingga hubungannya dengan
putrinya itu merenggang. Dibalik masker ibu Kiara, ada tangisan yang membasahi
pipinya. Mereka berdua menangis di tempat yang berbeda. Kini mereka menyadari
bahwa pentingnya komunikasi antara ibu dan anak, terutaman anak perempuan.
Sore harinya mereka berdua sudah kembali ke rumah. Semenjak
di mobil dalam perjalanan pulang tadi, keduanya hanya diam. Tak ada satupun
percakapan. Sesampainya di rumah, mereka duduk di ruang tamu.
“Sejak kapan kamu di-bully?”
Tanya ibu Kiara membuka percakapan.
“Sejak kelas tujuh bu, aku mau cerita ke ibu, tapi ibu
sibuk.” Jawab Kiara sambil menunduk. Ibu Kiara langsung memeluk Kiara.
“Maafin ibu… ibu sudah jadi ibu yang gagal buat kamu.” Ucap
ibu Kiara menangis sambil memeluk Kiara.
“Ibu tidak gagal kok. Ibu rela tangan ibu tertusuk pisau
demi nyelamatin aku dari ayah.” Ucap Kiara yang tidak setuju dengan pernyataan
sang ibu. Mereka saling meminta maaf satu sama lain.
“Udah sedihnya bu, ayo kita makan. Habis itu tidur. Kiara
capek.” Ujar Kiara sambil menghapus air mata ibunya.
“Baiklah ayo. Ibu juga lapar.” Kata ibu Kiara setuju.
Mereka makan malam
bersama, setelah itu mereka bersiap-siap untuk tidur. Hari ini merupakan hari
yang melelahkan bagi mereka berdua. Kejadian aneh itu membuat mereka harus
beradaptasi dengan kebiasaan satu sama lain.
Waktu menunjukkan pukul 00.00 dini hari. Kiara yang
berada ditubuh sang ibu memutuskan untuk tetap tidur di kamar ibunya dan
begitupun ibu Kiara yang berada ditubuh Kiara. Mereka berharap keajaiban akan
tiba, sehingga mereka bisa kembali normal seperti semula. Langit malam ini dipenuhi
kabut pekat. Sosok wanita yang terbang memakai sapu terbang itu muncul kembali dalam
kegelapan. Ia terbang mengitari jendela-jendela kamar Kiara dan ibunya. Tampak dari
dalam kamar tersebut, Kiara dan ibunya telah tertidur pulas. Sang wanita
bertopi kerucut itu kemudian mengayunkan tongkat kecilnya.
“Brak kadabrak helium….!!!” Ucap wanita itu mengeluarkan
mantra.
Cahaya terang berkilau
keluar dari ujung tongkat tersebut dan tebang menuju ke arah kedua tubuh Kiara
dan ibunya. Kedua tubuh itu terangkat dari dan melayang di udara. Cahaya begitu
menyilaukan berpendar dari tubuh keduanya. Kedua cahaya dari kedua tubuh itu
kemudian terbang mengitari ruangan dan masuk kembali ke dalam tubuh keduanya. Tubuh
Kiara dan Ibunya terhempas ke bawah, kembali seperti semula. Kemudian kedua
cahaya itu perlahan menghilang dari tubuh mereka. Sosok wanita itu kemudian
terbang meninggalkan rumah Kiara.
Pagi harinya, Kiara bangun dari tidurnya. Ia langsung
menuju ke meja riasnya. Ia melihat dirinya sudah kembali seperti semula
begitupun dengan ibunya. Betapa bahagianya mereka telah kembali normal seperti
semula. Kejadian kemarin itu bagai mimpi yang menakjubkan.
“Minggu depan ibu beneran datangkan?” Tanya Kiara
bersemangat membuka pembicaraan mereka di meja makan.
“Dateng dong… masa gak dateng.” Jawab ibu Kiara sambil
tersenyum.
Kiara sangat senang
mendengar jawaban itu. Ia jadi lebih bersemangat. Selesai sarapan mereka
berangkat bersama.
Satu minggu telah berlalu, kini tiba hari dimana Kiara akan
mengikuti lomba tingkat nasional.
“Bu. Kiara gugup.” Lirih Kiara yang sudah gemetaran.
“Eh, masa anak ibu gugup sih… ayo dong harus semangat.” Ucap
ibu Kiara menyemangati putrinya.
Lomba telah dimulai,
Kiara mendapatkan urutan tampil kesepuluh. Masih ada waktu untuk ia berlatih. Kini
kiara bersiap untuk tampil dihadapan juri. Kiara bernyanyi dengan sangat baik
sesuai dengan latihannya. Kiara menyelesaikan lagunya dengan tepkan dari para
juri dan penonton.
Kini waktu pengumuman
pemenang telah tiba. Suasana menjadi berubah tegang.
“Baiklah tidak usah berlama-lama lagi, juara ketiga
dimenangkan oleh Ameera. Kepada Ameera dipersilakan.” Pembawa acara mengumumkan
hasil lomba.
“Kita lanjutkan… pemenang kedua adalah Aina…!!” Seru sang
pembawa acara bersemangat.
“Tibalah kita kepada juara pertama…. Pemenangnya adalah
Kiara Annastasya Alexandra…!!! Gemuruh riuh tepuk tangan menyambut.
Kiara naik kepanggung
memegang piala. Pada saat turun dari panggung Kiara disambut pelukan yang
hangat oleh sang ibu.
“Selamat anak ibu.” Ucap ibu Kiara terharu
Setelah acara selesai
Kiara kembali kerumah. Kiara berdiri Di teras balkon kamarnya sambil memandangi
langit.
“Terima kasih Tuhan, semuanya sudah seperti yang aku
inginkan.” Batin Kiara sambil tersenyum.
Tuhan itu baik, Dia hanya menguji kita agar kita lebih
bersyukur. Tuhan tidak akan pernah memberi cobaan jika hambanya tidak mampu. Berpikiran
positif itu kuncinya.
-Selesai-
Tidak ada komentar: